PENERAPAN TEKNOLOGI ERP DI
PERUSAHAAN INDONESIA
Industri
distribusi sangat erat kaitannya dengan kemajuan Industri pada umumnya, karena
industry distribusi menggambarkan kekuatan industry manufaktur itu sendiri,
sangatlah penting bagi industry distribusi untuk selalu melakukan pembaharuan
teknologi untuk mengimbangi kemajuan industri manufaktur, sehingga mereka harus
membenahi infrastruktur yang handal untuk dapat mendistribusikan produk-produk
principal sampai ke tangan konsumen. Sering kali distributor, sebagai pelaku
industri distribusi mengalami kerugian, hanya lantaran mereka tidak siap dengan
sitem informasi yang dipakai, kegagalan membuat rencana penjualan dan pembuatan
order terhadap principal membenturkan mereka kepada kerugian, karena kelebihan stok,
atau kekurangan stok, pencairan diskon yang tidak tercatat, retur barang yang
tidak tercatat dan stok yang tidak sesuai antara di system dan stok fisik.
Sehingga dibutuhkan perbaikan yang berkelanjutan antara system ERP dan
kebutuhan nyata perusahaan.
1.
PENDAHULUAN
TI (Teknologi
Informasi) atau IT (Information Technology) adalah bagian dari istilah dalam
dunia SI (Sistem Informasi) atau IS (Information System). Istilah TI sendiri
lebih merujuk pada teknologi yang digunakan dalam menyampaikan maupun mengolah
informasi, namun
pada dasarnya masih merupakan bagian dari sistem informasi itu sendiri. TI
secara mudah dapat dipahami sebagai pengolahan informasi yang berbasis pada
teknologi komputer dan karenanya terkait erat dengan perkembangan teknologi
komputasi. Proses bisnis dalam perusahaan distribusi harus berjalan dengan
efektif, untuk
menunjang
kebutuhan distribusi dan proses order kepada principal atau pabrikan, oleh
karena persaingan yang semakin ketat. Implementasi IT dapat mendukung hal ini.
Namun, implementasi IT yang tidak tepat akan menambah beban perusahaan. Oleh
karena itu, implementasi IT sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk
menciptakan sistem yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan distribusi dan dapat
meningkatkan efektifitas proses bisnis yang berjalan. Salah satu implementasi
IT yang banyak digunakan dan terbukti dapat meningkatkan efektivitas perusahaan
distribusi adalah ERP. Berikut ini akan dibahas pengertian ERP, keuntungan dan
kerugian ERP, serta implementasi ERP di perusahaan distribusi di Indonesia.
2.
LANDASAN
TEORI
a.
ERP
(Enterprise Resource Planning)
ERP (Enterprise
Resource Planning) ataudalam
bahasa Indonesia sering disebut dengan Perencanaan Sumberdaya Perusahaan adalah
struktur sistem informasi yang digunakan untuk mengintegrasikan proses bisnis
dalam perusahaan manufaktur/jasa yang meliputi operasional dan distribusi
produk yang dihasilkan1. Tujuan dari implementasi ERP adalah menyatukan semua
divisi yang ada dalam perusahaan menjadi satu sistem yang dapat dikendalikan
secara terpusat. ERP lebih ditujukan pada sistem back-office, dimana sistem ERP
tidak bersentuhan secara langsung dengan konsumen.
Gambaran
ERP adalah sebagai berikut:
1.
Sistem ERP adalah suatu
paket perangkat lunak yang didesain untuk lingkungan pelanggan pengguna server,
apakah itu secara tradisional atau berbasis jaringan.
2.
Sistem ERP memadukan
sebagian besar dari proses bisnis.
3.
Sistem ERP memproses
sebagian besar dari transaksi perusahaan.
4.
Sistem ERP menggunakan
database perusahaan yang secara tipikal menyimpan setiap data sekali saja.
5.
Sistem ERP memungkinkan
mengakses data secara waktu nyata (real time).
6.
Dalam beberapa hal
sistem ERP memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan.
7.
Sistem ERP menunjang
sistem multi mata uang dan bahasa, yang sangat diperlukan oleh perusahaan
multinasional.
8.
Sistem ERP memungkinkan
penyesuaian untuk kebutuhan khusus perusahaan tanpa melakukan pemrograman
kembali.
9.
Pada umumnya, ERP
dibangun sebagai sistem berbasis modul yang menangani proses manufaktur,
logistik, distribusi, inventori, invoice, akuntasi perusahaan dan lain
sebagainya. tersebut dapat diperoleh dengan cepat.
ERP dibagi
menjadi tiga modul utama, yaitu modul operasi, modul financial dan akuntansi,
dan modul sumber daya manusia. Ketiga modul ini berjalan secara terpisah,
sehingga perusahaan tidak harus mengimplementasikan ketiganya secara langsung.
Namun, ketiga modul tersebut berhubungan langsung dengan satu database
terpusat. Misalnya ketika bagian penjualan
menerima pesanan dari konsumen, bagian gudang langsung mengetahui dan
mempersiapkan pesanan tersebut. Kemudian bagian akuntansi dapat melihat apakah
barang pesanan sudah dikirim atau belum, sehingga ia dapat mempersiapkan
tagihan untuk konsumen. Sistem yang seperti ini akan menghemat banyak resource
perusahaan, seperti waktu, biaya dan tenaga kerja. Semua orang dalam sistem
melihat data yang sama dan akan memperoleh informasi terbaru dari semua divisi
dalam perusahaan.
Implementasi ERP
membutuhkan persiapan yang matang, karena kesalahan implementasi akan mengakibatkan
kerugian yang tidak sedikit. Tahap paling awal dari implementasi ERP adalah
membangun bisnis proses yang baik. Tanpa bisnis proses yang baik, semua sistem
informasi berbasis komputer dengan teknik apapun tidak akan mampu meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perusahaan tersebut.
Agar sebuah
perusahaan dapat menerapkan konsep ERP dengan baik, setiap aspek dari
organisasi, manusia, informasi, dan teknologi harus dipersiapkan dengan baik.
Dengan demikian,
ketika implementasi benar-benar dijalankan, karyawan telah siap dan memiliki
kemauan untukbelajar dan mendukung keberhasilan ERP tersebut. ERP tidak selalu
identik dengan perampingan karyawan. Pemikiran ini yang dapat menyebabkan
karyawan antipasti terhadap perubahan ke sistem ERP, karena merasa posisinya
terancam dengan kemudahan yang ditawarkan ERP
b.
Bisnis proses
Untuk membangun
sistem ERP, bisnis proses harus disusun dengan jelas dan tepat. Tanpa proses
bisnis yang benar, sistem apapun yang diterapkan tidak akan mampu memperbaiki
keadaan perusahaan. Dalam membangun sistem ERP, sebaiknya batasan sistem yang
akan dibangun jelas, sehingga implementasi ERP tidak berkembang ke hal-hal yang
tidak diperlukan.
c.
Vendor
Vendor adalah
perusahaan yang menyediakan paket sistem ERP yang akan diimplementasikan di
perusahaan. Selain menyediakan software dan hardware, vendor juga harus
memberikan pelatihan pada karyawan perusahaan yang menggunakan jasanya, agar
karyawan terbiasa dengan sistem IT yang baru, dan memastikan sistem yang baru
ini berjalan.
d.
Tujuan
ERP
Tujuan sistem
ERP adalah untuk mengkoordinasikan bisnis organisasi secara keseluruhan. ERP
merupakan software yang ada dalam organisasi/perusahaan yang digunakan untuk9 :
1.
Otomatisasi dan
integrasi banyak proses bisnis. Baik proses bisnis perusahaan manufaktur atau
jasa.
2.
Membagi database yang
umum dan praktek bisnis melalui enterprise.
3.
Menghasilkan informasi
yang real-time.
4.
Memungkinkan perpaduan
proses transaksi dan kegiatan perencanaan.
5.
Sistem ERP9
6.
Sistem ERP adalah
sebuah terminologi yang diberikan kepada sistem informasi yang mendukung
transaksi atau operasi sehari-hari dalam pengelolaan sumber daya perusahaan.
Sumber daya tersebut meliputi dana, manusia, mesin, suku cadang, waktu,
material dan kapasitas
7.
Paket sistem ERP
biasanya terdiri atas sekumpulan modul-modul yang dapat mendukung berbagai
fungsi dan proses pada perusahaan. Alur proses bisnis yang terjadi dalam
perusahaan komersial, baik yang menghasilkan produk barang jasa secara umum
merupakan satu siklus kontinu mulai dari permintaan konsumen, pembuatan produk,
penyerahan produk, penagihan, pembayaran dan layanan purnajual.
e.
Keuntungan
dan Kerugian ERP
Keuntungan dari
implementasi ERP antara lain:
·
Integrasi data keuangan
Oleh karena
semua data disimpan secara terpusat, maka para eksekutif perusahaan memperoleh
data yang up-to-date dan dapat mengatur keuangan perusahaan dengan lebih baik.
·
Standarisasi Proses
Operasi
ERP menerapkan
sistem yang standar, dimana semua divisi akan menggunakan sistem dengan cara
yang sama. Dengan demikian, operasional perusahaan akan berjalan dengan lebih
efisien dan efektif.
·
Standarisasi Data dan
Informasi
Database
terpusat yang diterapkan pada ERP, membentuk data yang standar, sehingga
informasi dapat diperoleh dengan mudah dan fleksibel untuk semua divisi yang ada
dalam perusahaan.
Keuntungan
diatas adalah keuntungan yang dapat dirasakan namun tidak dapat diukur.
Keberhasilan implementasi ERP dapat dilihat dengan mengukur tingkat Return on
Investment (ROI), dan komponen lainnya, seperti:
·
Pengurangan lead-time
·
Peningkatan kontrol
keuangan
·
Penurunan inventori
·
Penurunan tenaga kerja
secara total
·
Peningkatan service
level
·
Berkurangnya
fleksibilitas sistem setelah menerapkan ERP
Kerugian diatas
dapat terjadi ketika:
·
Kurangnya komitmen top
management, sehingga tim IT kurang mendapat dukungan pada rancangan sistemnya.
Hal ini bisa muncul karena ketakutan tertentu, seperti kawatir data bocor ke
pihak luar. Selain itu, anggapan bahwa implementasi ERP adalah milik orang IT
juga dapat membuat kurangnya rasa memiliki dari top management dan karyawan
divisi lain. Padahal, implementasi ERP sebenarnya adalah suatu proyek bisnis,
dimana IT hadir untuk membantunya.
·
Kurangnya pendefinisian
kebutuhan perusahaan, sehingga hasil analisis strategi bisnis perusahaan tidak
sejalan dengan kenyataan di lapangan. Perusahaan sebaiknya menentukan dari
awal, apakah perusahaan akan mengikuti standar ERP atau sebaliknya.
·
Kesalahan proses
seleksi software, karena penyelidikan software yang tidak lengkap atau
terburu-buru memutuskan. Hal ini bisa berakibat pada membengkaknya waktu dan
biaya yang dibutuhkan.
·
Peningkatan sales
·
Peningkatan kepuasan
dan loyalitas konsumen
·
Peningkatan market
share perusahaan
·
Pengiriman tepat waktu
·
Kinerja pemasok yang
lebih baik
·
Peningkatan
fleksibilitas
·
Pengurangan biaya-biaya
·
Penggunaan sumber daya
yang lebih baik
·
Peningkatan akurasi
informasi dan kemampuan pembuatan keputusan.
Kerugian yang
mungkin terjadi ketika salah menerapkan ERP antara lain adalah:
·
Strategi operasi tidak
sejalan dengan business process design dan pengembangannya
·
Waktu dan biaya
implementasi yang melebihi anggaran
·
Karyawan tidak siap
untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru
·
Persiapan
implementation tidak dilakukan dengan baik
·
Tidak cocoknya software
dengan business process perusahaan.
·
Kurangnya sumber daya,
seperti manusia, infrastruktur dan modal perusahaan.
·
Terbentuknya budaya
organisasi yang berada dalam zona nyaman dan tidak mau berubah atau merasa
terancam dengan keberadaan software (takut tidak dipekerjakan lagi).
·
Kurangnya training dan
pembelajaran untuk karyawan, sehingga karyawan tidak benar-benar siap
menghadapi perubahan sistem, dimana semua karyawan harus siap untuk selalu
menyediakan data yang up-to-date.
·
Kurangnya komunikasi
antar personel.
·
Cacatnya project design
dan management.
·
Saran penghematan yang
menyesatkan dari orang yang tidak tepat.
·
Keahlian vendor yang
tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
·
Faktor teknis lainnya,
seperti bahasa, kebiasaan dokumentasi cetak menjadi file, dan lain sebagainya.
Fase-fase Implementasi
Sistem ERP
_ Fase Inisiasi
_ Berupa rencana strategis atau juga dari
beberapa
kejadian yang muncul di perusahaan misalnya
adanya tawaran dari vendor, pergerakan dari
kompetitior, pergerakan industri, peningkatan
kualitas proyek, perubahan pada peraturan dan
hukum atau pemanfaatan anggaran teknologi
informasi yang lebih baik
Fase Evaluasi
_ Meliputi evaluasi proses bisnis, analisis
kebutuhan,
evaluasi berbagai alternatif, pencarian vendor
yang
potensial dan evaluasi berbagai produk yang
berbeda.
_ Fase Selection
_ Pada fase Evaulasi dapat berlangsung dalam
rentang
waktu yang cukup lama. Karena dihabiskan untuk
menyeleksi berbagai potensi alternatif
termasuk peluang
mengakhiri proyek atau memutuskan proyek jika
lingkungannya ternyata tidak siap menerima proyek
tersebut.
Fase Modifikasi
_ Dapat dijalankan dua cara :
_ Cara pertama modifikasi yang terjadi dalam
rangkaian
proses analisis-konfigurasi dan pengujian
hingga
didapatkan hasil yang diinginkan atau hingga
batasan
waktu tertentu
_ Cara kedua dengan melakukan pemilihan status
target
tertentu dan kemudian menerapkan pengukuran
atas
pencapaian target tertentu. Proses ini
dilakukan secara
paralel hingga membentuk suatu lingkaran.
_ Dilakukan tahapan pelatihan bagi para
pengguna.
Fase Penyelesaian
_ Jika semua berjalan lancar, konsumen akan
melunasi pembayaran (tergantung kontrak). Dan
juga tahapan ini perusahaan biasanya
mendapatkan pelajaran dan pengalaman atas
segala kejadian selama proyek implementasi,
termasuk evaluasi keberhasilan dan kegagalan
dan peluang implementasi selanjutnya.
Implementasi Sistem ERP
_ Dimensi dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi
implementasi ERP mencakut berbagai aspek yang
terlihat
pada gambar berikut :
Tiga pendekatan umum
implentasi ERP
1. Penggunaan satu paket software yang utuh
(Vendor tunggal)
2. Kombinasi dari beberapa paket software
(berbagai vendor, best of breed)
3. Kostumissi atau membuat sendiri paket
software ERP
Tahapan Implementsi ERP
1. Membangun organisasi proyek
2. Menentukan pendekatan implementasi
3. Membangun rencana implementasi
4. Menentukan kriteria keberhasilan dan
metode pengukurannya
Struktur Organisasi Implementasi ERP
1. Komite pengarah: terdiri atas perwakilan
klien dan
para eksekutif dan masing-masing unit bisnis
utama. Anggota komite ini harus dapat mewakili
semua area yang mempengaruhi oleh ERP, misal,
keuangan, pemasaran, SDM, manufaktur,
distribusi, engineering dan Sistem informasi
2. Staf teknologi informasi internal :
manajer,
programmer, analis, dan dukungan teknik.
3. User utama internal
4. Perwakilan vendor/konsultan
Siklus hidup Implentasi ERP
1. Fase Perencanaan
_ Membentuk komite pengarah. Tugas utama
komite ini
adalah mengidentifikasi tujuan utama dan ruang
lingkup
proyek ERP, menentukan manajer proyek dan
anggota
tim lainnya untuk membangun sistem.
2. Fase Analisis
_ Komite pengarah telah sepakat untuk
menjalankan
proyek implementasi ERP dan mungkin sudah
menetekunan pendekatan yang akan dilakukan.
Meskipun mungkin belum menentukan vendor
tertentu,
tetapi tim proyek mulai membentuk kelompok
kerja pada
berbagai funsi di organisasi untuk
mengumpulkan
informasi dan mendeifisikan kebutuhan.
Fase Desain
_ Dimulai setelah perusahaan memutuskan vendor
mana yang dipilih. Tingkat disain tergantung
pada
pendekatan ERP.
_ Jika diputuskan memilih satu kesatuan paket,
maka
antarmuka sebagaian besar sudah ditentukan,
dan
kostumisasi biasanya dilakukan bagian-bagian
minor
saja. Disain antarmuka biasanya lebih lama
jika
perusahaan memilih paket kostumisasi paket.
_ Pada fase ini mungkin terjadi beberapa
rekayasa
ulang proses bisnis dalam tingkatan yang lebih
rinci.
Fase Implementasi
_ Setelah perusahaan menentukan paket software
yang
akan digunakan dan dikostumisasi, berikutnya
melakukan
konstruksi. Untuk pendekatan kesatuan paket,
program
sudah dirancang dan diterapkan per modul,
misalnya
fungsi-fungsi pembelian, inventory, pembayaran
dan
sebgainya.
_ Selama fase ini semua rencana rekayasa ulang
proses
bisnins diterapkan. Karena semua hardware,
software,
data dan jaringan sudah diterapkan, maka hanya
ada 2
hal yang dkaji yaitu orang dan prosedur.
Fase Dukungan Teknis
_ Tujuannya adalah untuk menjamin keberhasilan
sistem jangka pendek dan jangka panjang.
Dukungan teknis terhadap para pengguna
sangat penting. Meskipun semua pengguna
sudah diberikan pelatihan yang intensif, namun
staf dukungan teknis tetap diperlukan,
khususnya untuk perubahan yang drastis dan
komprehensif.
_ Transisi sistem yang mulus sebaiknya
didukung
oleh staf dukungan teknis yang memadai.
Dilema Implementasi ERP
_ Proyek implementasi adalah pekerjaan besar
_ Proyek yang harus dikerjakan sendiri
_ Tidak dapat dijadikan sebagai prioritas
pertama
_ Mensyaratkan agar orang mengerjakan
tugasnya dengan cara yang berbeda
Strategi Implementasi ERP
_ Fase I – Basic ERP
_ Modul yang diimplentasikan meliputi Sales
&
Operations Planning, Demand Management,
Rough-Cut, Capacity Planning, Master
Scheduling, MRP dan Plant Scheduling.
_ Modul ini bersifat praktis dan dibutuhkan
oleh
fungsi akuntansi dan keuangan, ditambah dengan
modul yang diperlukan untuk mendukung
keakurantan inventory, keakuran dan struktur
bill
of material, serta aktivitas umpan balik dari
bagian
manufaktur dan pengadaan
Fase II – Integrasi Supply Chain
_ Proses yang termasuk dalam fase ini adalah
pengembangan ERP baik ke arah depan dan
belakang, sehingga membangun sebuah rantai
pasok (supply chain). Pengembangan ke arah
belakang meliputi proses pengadaan barang dari
supplier dengan menggunakan teknologi (produk)
tertentu misalnya penjadwalan pasokan barang
dan e-commerce melalui web.
_ Lama fase biasanya memerlukan waktu 3-6
bulan.
Fase III – Perluasan dan Pengembangan untuk
Mendukung Strategi Perusahaan
_ Perluasan dapat berati implementasi elemen
atau modulmodul
yang belum diterapkan secara lengkap atau
menyambungkan antarunit bisnis,
mengimplementasikan
modul pendukung, seperti modul untuk SDM,
pemeliharaan, pengembangan produk dsb.
_ Waktu yang diperlukan untuk fase ini
bervariasi mulai dari
beberapa bulan hingga satu tahun, tergantung
sejauh
mana sistem akan diperluas dan dikembangkan.
Kesuksesan Implementasi
ERP
_ User Focus vs Technology Focus
_ Tata kelola dan alokasi sumber daya
manusia
_ Dukungan Vendor dan konsultan
_ Pelatihan
Ketika menerapkan ERP ( Enterprise Resource
Planning ) Software pastikan bahwa Anda sudah mendefinisikan dengan jelas (
pada awal proyek ERP ) siapa yang akan memiliki tanggung jawab untuk
bagian-bagian dari implementasi sistem ERP. Pahami dan jelaskan fakta
bahwa tim Anda akan perlu untuk mengambil tanggung jawab untuk bagian-bagian
tertentu dari pelaksanaan. Pelatihan ERP, uci coba oleh user dan blueprint
sistem, dll akan membutuhkan waktu dan masukan dari tim internal Anda. Set
tanggal go-live yang realistis sehingga tim Anda memiliki cukup waktu untuk
melakukan tugas-tugas sehari-hari mereka .
Manajemen proyek internal - mitra
implementasi ERP akan menyediakan sumber daya manajemen proyek untuk memandu
Anda melalui proyek. Jangan meremehkan pentingnya memiliki manajer proyek
internal Anda sendiri untuk mengelola anggaran , harapan , pelatihan koordinasi
dan umpan balik pengguna , melacak dan menindaklanjuti pengguna pengujian
penerimaan dan laporan kemajuan kepada manajemen senior .
Super users - pastikan bahwa Anda
menunjuk Super users untuk setiap area fungsional implementasi ERP Software
Anda ( keuangan, penjualan , logistik dll ) . Super users akan bertanggung
jawab untuk pelatihan koordinasi , pengujian pengguna dan umpan balik dalam
departemen mereka .
Admin super user - Ketika menerapkan
software ERP Anda dapat memastikan biaya kepemilikan yang lebih rendah dengan
melatih salah satu pengguna yang lebih teknis Anda sebagai administrator sistem
. Sistem administrator akan bertanggung jawab untuk tugas administratif harian
ERP Software - menyiapkan pengguna baru , dukungan dasar untuk permintaan
pengguna , otorisasi pengguna dan pelaporan .
Partisipasi manajemen senior - semua
metodologi implementasi software ERP yang baik mengacu pada kenyataan bahwa
buy-in dari manajemen senior diperlukan untuk keberhasilan implementasi solusi
ERP . Biasanya dibutuhkan lebih dari manajemen senior buy-in - Anda perlu masukan
manajemen senior ke dalam beberapa tahap desain kunci dari implementasi ERP .
Jumlah partisipasi manajemen senior diperlukan akan tergantung pada ukuran
organisasi Anda . Dalam perusahaan kecil di mana manajemen senior secara aktif
terlibat dalam beberapa hari untuk kegiatan bisnis sehari Anda pasti akan ingin
memastikan bahwa tim senior terlibat dalam lokakarya desain yang lebih
strategis. Jika Anda tidak melibatkan manajemen senior Anda mungkin
menghabiskan waktu mengkonfigurasi solusi Anda hanya untuk mengetahui bahwa
hasil akhirnya tidak apa manajemen inginkan.
Pastikan bahwa partner implementasi ERP anda
menyediakan rencana proyek rinci yang menyoroti bidang tanggung jawab untuk
implementasi ERP . Berapa banyak waktu internal yang perlu dialokasikan kepada
semua ERP tugas proyek dan pada tanggal apa adalah beberapa inklusi penting
dalam rencana proyek .
Mendefinisikan peran dan tanggung jawab secara
jelas dan rinci merupakan langkah penting dalam pelaksanaan keberhasilan solusi
perangkat lunak ERP. Luangkan waktu pada aspek implementasi software ERP
Anda untuk memastikan keberhasilan.
7 Faktor Keberhasilan Implementasi ERP
Berikut 7 faktor kunci keberhasilan dalam
Implementasi ERP
Visi dan Rencana Bisnis
Faktor ini faktor yang paling kritis. Rencana bisnis dalam implementasi ERP harus menghitung sumberdaya, biaya, resiko dan jadwal rentang waktu pelaksanaannya.
Faktor ini faktor yang paling kritis. Rencana bisnis dalam implementasi ERP harus menghitung sumberdaya, biaya, resiko dan jadwal rentang waktu pelaksanaannya.
Perubahan Manajemen
Implementasi ERP yang terstrukur dan sistemik, menuntut paling tidak ada manajemen yang berubah. Yang tadinya lebih longgar dan bisa ditawar, menjadi saklak dan harus dijalankan as is. Perubahan ini harus dijadwalkan, karena ia tidak bisa dihindari.
Implementasi ERP yang terstrukur dan sistemik, menuntut paling tidak ada manajemen yang berubah. Yang tadinya lebih longgar dan bisa ditawar, menjadi saklak dan harus dijalankan as is. Perubahan ini harus dijadwalkan, karena ia tidak bisa dihindari.
Komunikasi
Berkaitan dengan faktor kedua, komunikasi penting ke seluruh jajaran manajemen dan staf. Terutama yang kepentingannya terganggu karena penggunaan sistem ERP. Komunikasi ini juga untuk menakar ekspektasi seluruh jajaran stakeholder.
Berkaitan dengan faktor kedua, komunikasi penting ke seluruh jajaran manajemen dan staf. Terutama yang kepentingannya terganggu karena penggunaan sistem ERP. Komunikasi ini juga untuk menakar ekspektasi seluruh jajaran stakeholder.
Komposisi dan kompensasi Tim ERP
Pemanfaatan sistem ERP pasti melibatkan seluruh lini perusahaan. Perlu dibangun kepercayaan, di mana masing-masing bagian diberi tanggung jawab untuk menyukseskan implementasi sistem baru ini. Kepercayaan tidak hanya antar karyawan namun juga antara karyawan dengan konsultan. Penentuan komposisi dan pemberian kompensasi yang tepat akan menjamin keberlangsungan implementasi ERP ini dengan baik.
Pemanfaatan sistem ERP pasti melibatkan seluruh lini perusahaan. Perlu dibangun kepercayaan, di mana masing-masing bagian diberi tanggung jawab untuk menyukseskan implementasi sistem baru ini. Kepercayaan tidak hanya antar karyawan namun juga antara karyawan dengan konsultan. Penentuan komposisi dan pemberian kompensasi yang tepat akan menjamin keberlangsungan implementasi ERP ini dengan baik.
Dukungan Manajemen
Manajemen Puncak perlu mendukung secara penuh. Hal ini dibutuhkan karena implementasi ERP skupnya paling besar dari seluruh implementasi sistem informasi. Persetujuan harus diteken secara cepat, sehingga pelaksanaannya berlangsung smooth. Juga bila ada kendala di level manajer atau staf, dapat diveto langsung oleh manajemen puncak demi keberhasilan proyek ini.
Manajemen Puncak perlu mendukung secara penuh. Hal ini dibutuhkan karena implementasi ERP skupnya paling besar dari seluruh implementasi sistem informasi. Persetujuan harus diteken secara cepat, sehingga pelaksanaannya berlangsung smooth. Juga bila ada kendala di level manajer atau staf, dapat diveto langsung oleh manajemen puncak demi keberhasilan proyek ini.
Manajemen Proyek
Implementasi ERP meskipun skalanya paling besar dalam seluruh rangkaian implementasi sistem informasi, namun ada jangka waktu yang harus dipenuhi agar selesai. Perlu dibuat manajemen proyek adhoc yang terdiri dari staf internal dan konsultan.
Implementasi ERP meskipun skalanya paling besar dalam seluruh rangkaian implementasi sistem informasi, namun ada jangka waktu yang harus dipenuhi agar selesai. Perlu dibuat manajemen proyek adhoc yang terdiri dari staf internal dan konsultan.
Analisa Sistem dan Pemilihan Implementasi
Teknis
Saat implementasi ERP baru, selalu ada legacy system yang sudah berjalan dan harus dimodifikasi. Analisa sistem harus dilakukan secara menyeluruh sehingga legacy sistem dapat dimanage sehubungan adanya sistem yang baru. Manajemen ini perlu dilakukan hati-hati agar bisnis tidak terhenti dengan adanya implementasi sistem ERP yang baru.
Saat implementasi ERP baru, selalu ada legacy system yang sudah berjalan dan harus dimodifikasi. Analisa sistem harus dilakukan secara menyeluruh sehingga legacy sistem dapat dimanage sehubungan adanya sistem yang baru. Manajemen ini perlu dilakukan hati-hati agar bisnis tidak terhenti dengan adanya implementasi sistem ERP yang baru.
Risiko Maut dalam Implementasi ERP
Berbicara soal sistem ERP (Enterprise Resource
Planning), berarti kita sedang bicara tentang sistem yang besar dan kompleks.
Kompleksitas sistem ERP ini bukan hanya disebabkan oleh besarnya sistem
tersebut dilihat dari luasnya fungsionalitas yang disediakan dan ragam
teknologi yang dibutuhkan saja, tapi juga karena sistem ERP ini sangat
berkaitan dan luas dengan proses bisnis perusahaan.
Oleh karenanya maka Implementasi sistem ERP
–baik sukses maupun gagal—memiliki dampak yang luas bagi keberjalanan bisnis
perusahaan. Tersedianya paket-paket ERP “matang” yang sudah “berkeliling dunia”
untuk mengkompilasi best practices dari berbagai industri kemudian
datang menawarkan harapan. Bahwa dengan menggunakan produk ERP “matang”
tersebut maka impian untuk mewujudkan sistem informasi yang mengintegrasikan pengelolaan
proses bisnis perusahaan itu dapat lebih mudah diwujudkan.
Namun sayangnya, mimpi indah tersebut
tiba-tiba dibuyarkan oleh kenyataan banyaknya kegagalan yang dialami dalam
implementasi ERP di seluruh dunia. Akibat dari kegagalan ini pun beragam jenis
dan tingkatannya. Ada perusahaan migas yang karena gagal dalam implementasi ini
menyebabkan distribusinya menjadi kacau sehingga memunculkan kerugian dan juga
reputasi yang terjun bebas. Ada perusahaan penerbangan yang karena gagal dalam
implementasi ERP menjadi gagal melayani penjualannya dan proses pemeliharaan
pesawat menjadi kacau sehingga selain kehilangan potensi pemasukan juga dapat
membahayakan keselamatan penerbangan. Sampai dengan kegagalan implementasi yang
walau tidak berdampak langsung terhadap bisnis perusahaan, tapi menimbulkan
kerugian dalam bentuk lain seperti waktu implementasi yang molor, membengkaknya
biaya implementasi karena berbagai sebab, kesenjangan lingkup dan
kualitas yang didapat dengan ekspektasi, dan sebagai.
Proyek Implementasi ERP itu berbeda dengan
proyek implementasi sistem informasi lainnya [Davenport, 2000]. Diantara
perbedaannya yang signifikan antara lain adalah skalanya, kompleksitasnya,
dampak organsiasinya, biaya yang dibutuhkan untuk proyek ini serta dampak-dampak
lain yang akan dirasakan jika proyek ini tidak sukses. Dampak implementasi ERP
ini akan menyentuh keseluruhan organisasi, sedangkan implementasi sistem
informasi lainnya biasanya hanya berkaitan dengan lingkup area tertentu saja.
Implementasi ERP juga biasanya hampir selalu diikuti dengan perubahan pada
proses bisnis, sementara implementasi sistem tradisional lainnya biasanya lebih
banyak mengikuti proses bisnis yang berjalan dibanding proses bisnis yang
menyesuaikan pada sistem. Hal ini karena umumnya perusahaan ingin mengadopsi
best practices yang dibawa oleh paket ERP. Dan last but not least, biaya yang
dibutuhkan untuk proyek implementasi ERP ini jauh lebih besar dibandingkan
proyek implementasi sistem lainnya, dan kegagalan pada implementasi ini bahkan
ekstrimnya bisa juga mengakibatkan perusahaan bangkrut (rujuk misalnya kasus
bangkrutnya Fox Meyer Drugs di tahun 1996).
Namun demikian apakah adanya risiko-risiko
bisnis yang antara lain disebutkan diatas, lalu membuat kita mesti mundur dari
peluang memperoleh nilai besar yang ditawarkan oleh ERP bagi bisnis? Tentu
tidak. Karena tidak ada sesuatupun yang bebas dari risiko. Dan perlu diingat
juga bahwa tidak mengimplementasikan ERP (baca: sistem informasi terintegrasi)
juga memiliki risiko yang tidak kecil bagi bisnis, yang tak kalah
menyeramkannya juga.
Jadi, apa yang harus dilakukan? Yang harus
dilakukan adalah mengidentifikasi risiko-risiko yang terdapat dalam
implementasi ERP dan kemudian bagaimana mengelolanya. Potensi kesuksesan
implementasi akan semakin besar jika risiko-risiko tersebut dapat
diminimalisasi.
Sebenarnya ada banyak referensi penelitian
yang mengidentifikasi risiko-risiko yang terdapat pada implementasi sistem
seperti ERP. Pendekatan, perspektif dan pengklasifikasiannya pun bermacam-macam.
Tapi dalam artikel ini saya akan sampaikan beberapa risiko yang berdasarkan
pengalaman dan kajian saya selama ini merupakan area risiko yang paling dominan
menyebabkan kesuksesan/kegagalan proyek implementasi sistem ERP.
Pertama, adalah terkait komitmen dan dukungan
dari manajemen senior terhadap proyek implementasi ERP ini. Faktor ini sangat
menentukan keberhasilan implementasi ERP. Proyek implementasi ERP mesti
dipandang sebagai sebuah proyek bisnis, bukan proyek IT. Risikonya pun
merupakan risiko bisnis. Komitmen dan dukungan manajemen senior ini akan
berpengaruh antara lain pada:
- Kecepatan
pengambilan keputusan strategis,
- Dukungan
terhadap implementasi perubahan pada bisnis yang diakibatkan oleh implementasi
sistem,
- Endorsement (atau
mungkin juga enforcement) terhadap manajemen eksekutif dan jajaran yang
ada di bawahnya untuk juga mendukung apa yang dibutuhkan untuk kesuksesan
implementasi ERP ini
- Resolusi
terhadap konflik yang mungkin timbul dalam proses implementasi
- Dukungan
sumber daya terhadap program-program yang direncanakan dalam rangka kesuksesan
proyek
Kedua, adalah soal manajemen proyek. Wah,
faktor risiko yang satu ini merupakan faktor yang sangat kritikal dan amat
sering menjadi penyebab kegagalan implementasi. Manajemen proyek yang saya
maksud disini termasuk pada sisi implementer ERP maupun manajemen proyek dari
sisi pemilik proyek (project owner). Beberapa praktik buruk manajemen proyek
yang sering berkontribusi besar pada kegagalan proyek antara lain:
- Lemahnya
kemampuan implementer untuk mengestimasi sumber daya dan waktu yang dibutuhkan
untuk melaksanakan task-task dalam proyek implementasi ERP. Hal ini umumnya
disebabkan oleh perencanaan yang kurang detail, yang biasanya disebabkan karena
kurangnya pengalaman dan pengetahuan tim project management implementer
mengenai pekerjaan sejenis. Bisa juga karena kesalahan persepsi implementer
terhadap lingkup pekerjaan yang dituangkan dalam TOR karena berbagai sebab.
Atau karena perencanaan awal yang dibuat hanya untuk kebutuhan
pemenuhan compliance administratif saja, misalnya untuk kebutuhan
seleksi lelang, project charter, penagihan, dan sejenisnya.
- Lemahnya
koordinasi antar bagian (stream) dalam tim proyek. Biasanya intensitas dan
tingkat stress yang cukup tinggi pada setiap bagian tim proyek membuat
koordinasi dengan tim lain menjadi terabaikan/kurang diperhatikan. Semakin jauh
permasalahan koordinasi ini tidak serius ditangani maka akan semakin besar
risiko yang ditimbulkan di akhirnya dan akan semakin besar pula effort yang
dibutuhkan untuk mensolusikannya.
- Ketidak
mampuan penyediaan SDM dan ekspertis yang dibutuhkan proyek pada waktu
dibutuhkan. Sebabnya bisa beragam, misalnya: implementer gagal dalam proses
rekrutmen setelah memenangkan proyek (sudah rahasia umum implementer kelas
menengah pada umumnya tidak memiliki dedicated consultant yang cukup
banyak, sehingga jumlahnya akan berkembang dan berkempis sesuai dengan proyek
yang didapatkan), kemudian masalah administratif legal terkait pekerja
ekspatriat, dan beberapa sebab lainnya. Hal ini menyebabkan
tertundanya task yang sedianya dilakukan oleh SDM tersebut dan juga
task-task lain yang memiliki dependensi dengannya. Belum lagi kita bicara adanya
turnover orang pada posisi-posisi yang penting dalam proyek. Dampaknya akan
lebih maut lagi apabila SDM yang terlambat tersedianya itu terletak
pada project critical path.
- Lemahnya
kontrol dari manajemen proyek dari perusahaan pemilik pekerjaan terhadap
manajemen proyek implementer. Lemahnya kontrol ini mencakup pada aspek waktu
pelaksanaan task sesuai project plan, kualtias hasil dari setiap task, dan yang
kritikal juga adalah soal kesesuaian kualitas SDM yang diterjunkan oleh
implementer pada proyek dengan kualitas dan kuantitas yang dijanjikan atau
direncanakan.
- Kesenjangan
kompetensi antara SDM dalam organisasi proyek perusahaan pemilik pekerjaan
dengan SDM dari implementer. Hal ini menyebabkan komunikasi diantara kedua
pihak menjadi tidak berimbang, serta ketidak sesuaian kualitas dan lingkup
pekerjaan yang dihasilkan oleh implementer dengan yang seharusnya dideliver.
Beberapa penyebab kegagalan implementasi ERP
adalah :
1. Manajemen
perubahan dan training. Kesulitan terletak pada perubahan praktek pekerjaan
yang dilakukan. Training yang melibatkan banyak modul harus dilaksanakan seawal
mungkin.
2. To BPR* or not
to BPR. Perusahaan harus memilih antara merubah bisnis proses untuk
menyesuaikan sistem atau sebaliknya, dengan implikasi berupa biaya dan waktu
untuk merubah sistem. (*Business Process Reengineering)
3. Perencanaan
yang buruk. Perencanaan harus mencakup beberapa area seperti hal-hal bisnis dan
ketersediaan user untuk membuat keputusan pada konfigurasi sistem.
4. Meremehkan
keahlian IT. Implementasi ERP membutuhkan keahlian staff ditingkatkan dengan
baik.
5. Manajemen
proyek yang buruk. Hanya sedikit organisasi yang mengimplementasi ERP tanpa
melibatkan konsultan. Namun sering kali konsultan melakukan perbuatan yang
merugikan kliennya dengan tidak membagi tanggung jawab.
6. Percobaan-percobaan
teknologi. Usaha-usaha untuk membangun interface, merubah laporan-laporan,
menyesuaikan software dan merubah data biasanya diremehkan.
7. Rendahnya
keterlibatan Eksekutif. Implementasi membutuhkan keterlibatan eksekutif
senior untuk memastikan adaya partisipasi yang terdiri dari bisnis dan IT dan
membantu penyelesaian konflik-konflik.
8. Meremehkan
sumber daya. Sebagian besar budget melebihi target terutama untuk manajemen
perubahan dan training user, pengujian integrasi, proses-proses pengerjaan
ulang, kustomisasi laporan dan biaya konsultan.
9. Evaluasi
software yang tidak mencukupi.Organisasi biasanya tidak cukup memahami apa dan
bagaimana software ERP bekerja sampai mereka sepakat untuk membeli. Untuk
mengatasi tersebutada dua cara yang disarankan oleh Turbit (2005) yaitu
melakukan perubahan budaya dan manajemen perubahan yang baik.
10. Beberapa perubahan budaya
yang harus dilakukan organisasi diantaranya :
o Karyawan / user harus
merubah fokus dari pekerjaan milik saya menjadi pekerjaan keseluruhan
organisasi.
o Perubahan budaya
biasanya memerlukan waktu beberapa waktu.
o Perubahan dari sistem
lama yang mempunyai fleksibilitas tinggi (misal dalam pengambilan keputusan)
dan tidak menaruh perhatian pada konsistensi menjadi sistem baru yang menaruh
perhatian pada konsistensi.
Sedangkan literatur-literatur yang membahas
mengenai manajemen perubahan dalam implementasi ERP juga sudah cukup banyak
diantaranya Aladwani (2001). Membuat sebuah kerangka konseptual dan model
untuk mengelola perubahan-perubahan dalam implementasi ERP.
Parr and Shanks (2000) mengatakan bahwa alasan
mengapa implementasi ERP gagal yaitu :
1. Strategi
operasi tidak mendorong perencanaan dan pengembangan bisnis proses.
2. Waktu
implementasi lebih lama dari yang diharapkan.
3. Aktivitas
persiapan pra-implementasi tidak berjalan dengan baik.
4. Orang tidak
dipersiapkan dengan baik untuk menerima dan mengoperasikan sistem baru.
5. Biaya
implementasi lebih besar daripada yang diantisipasi.
6. Komitmen
manajemen agar implementasi berhasil sehingga yang dipertimbangkan tidak lagi
apakah Software tersebut yang ”The Best”.
7. Proses mapping
dilakukan karena bisnis proses curent dan to be. Tahap selanjutnya yang
dilakukan adalah mengkaji efek dalam jangka panjang dan pendek terhadap
pemilihan bisnis proses yang akan dipakai.
8. Perubahan
bisnis proses dan implementasi ERP menyebabkan perubahan-perubahan dalam struktur
organisasi berupa bertambahnya job discription dan unit-unit kerja baru yang
berfungsi untuk mendukung implementasi ERP.
9. Aplikasi
”Change Management” untuk mengelola perubahan-perubahan yang terjadi dengan
adanya implementasi ERP.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam
implementasi dikategorikan menjadi 3 aspek :
1. Teknis,
Diantaranya masalah bahasa dan perubahan dari model hard copy menjadi model
display.
o Penggunaan Software
ERP menuntut terminologi istilah yang sama sehingga istilah-istilah dalam
produksi, penjualan, dll yang digunakan harus dirubah sesuai istilah-istilah
dalam ERP yang berbahasa Inggris.
o Pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh pihak manajemen secara tradisional dilakukan dengan
menggunakan model hard copy dimana Manajer menandatangani tumpukan kertas yang
dimejanya dipaksa untuk membuka komputer karena proses Approval dilakukan
melalui media tersebut (model display).
2. Budaya,
Implementasi ERP yang berbasis penggunaan teknologi menuntut perubahan-perubahan
yang harus dilakukan karyawan diantaranya harus aware terhadap penggunaan
software tersebut (sebagai contoh selalu update data).
3. Politik, Kendala
yang menghambat implementasi berasal dari dalam tubuh departemen IT sendiri dan
dari luar departemen.
o Sebagian besar
karyawan IT merasa pekerjaannya akan hilang karena digantikan oleh sistem
tersebut. Hal ini dikarenakan sebelum penerapan sistem ERP, bagian IT inilah
yang bertanggung jawab untuk membuat aplikasi-aplikasi sesuai dengan kebutuhan
user disemua departemen. Beberapa karyawan di luar departemen IT juga merasa
terancam dengan berkurangnya kekuasaan karena sebagian pekerjaan akan dilakukan
oleh software ERP.
o Dengan alasan politis
tertentu, beberapa unit kerja yang sebenarnya bisa dihapus tidak dapat
dilakukan.
o Keengganan user atau
karyawan departemen lain pada saat diimplementasikan software karena adanya
unsur ”ketidakpercayaan” terhadap departemen IT. Ketidakpercayaan tersebut
timbul karena ketakutan bahwa data-data atau laporan-laporan rahasia mereka
akan diketahui oleh bagian IT selaku administrator.
Usaha-Usaha Mengatasi Kendala Implementasi
Untuk mengatasi kendala tersebut, ada beberapa hal yang telah dilakukan
1. Implementasi
Change Acceleration Project (CAP) untuk mengelola perubahan-perubahan yang
terjadi dalam implementasi ERP.
2. Pendekatan
dengan user sebelum penerapan sistem ERP melalui presentasi-presentasi untuk
menunjukkan kelebihan-kelebihan implementasi sistem tersebut.
3. Pengembangan
Sistem Recovery dalam Implementasi ERP.
Strategi-strategi yang dilakukan untuk
memastikan bahwa sistem ERP ini berjalan dengan baik serta informasi yang
diperoleh dapat dimanfaatkan kapanpun, diantaranya :
1. Memiliki
network untuk PCP dengan banyak pilihan.
2. Memilih server
yang handal, MIC dan Hard disk bersifat redundant sehingga kalau terjadi
kegagalan masih bisa berjalan.
3. Melakukan
”Risk Assesment” dengan memetakan titik-titik yang rawan jika terjadi disaster.
d. Melakukan Backup data dari server dengan menggunakan cold backup. Dengan
cara ini maka data dibackup setelah kurun waktu tertentu, tidak secara real
time. cold backup dengan pertimbangan diantaranya biaya implementasi dengan Hot
backup sangat mahal dan membutuhkan server yang lebih banyak (dua buah server).
4. Meletakkan
Backup site di tempat yang cukup jauh dengan letak server. Hal ini terutama
untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak dapat diprediksikan seperti
kebakaran, jika lokasi backup dan server masih dekat maka tidak akan ada
gunanya proses backup dilaksanakan.
5. Melakukan
analisa kelayakan untuk pembangunan Disaster Recovery Center (DRC).
6. Memberikan
alat pengamanan di gedung, sebagai contoh dengan menyediakan alat pemadam
kebakaran disekitar ruang server.
Hasil-Hasil Setelah Implementasi ERP Dengan
implementasi yang telah dilaksanakan ada beberapa perbaikan yang diperoleh
diantaranya :
Mempercepat proses order dari distributor
sehingga membantu meningkatkan penjualan
Mempercepat waktu pembuatan laporan keuangan,
dari sebelumnya per tanggal lima belas menjadi tanggal lima sudah tercetak
semua laporan.
Meningkatkan keakuratan informasi.
Pembahasan Menurut Turbit (2005), salah satu
penyebab kegagalan implementasi ERP adalah :
1. Bisnis Proses.
Dengan menerapkan ERP, maka perusahaan harus memilih antara merubah bisnis
proses yang dimilikinya untuk menyesuaikan dengan sistem ERP atau sebaliknya.
Agar dapat memilih, perusahaan yang akan mengimplementasikan ERP tentunya harus
sudah mempunyai bisnis proses sehingga dapat membandingkan dengan bisnis proses
dari sistem ERP. Dari perbandingan tersebut, jika bisnis proses yang dimiliki
perusahaan sudah matang maka tidak banyak perubahan yang dilakukan.
2. Dengan
implementasi ERP maka diperlukan perubahan-perubahan budaya organisasi terutama
dikaitkan dengan cara bekerja. Beberapa contoh perubahan yang ada diantaranya
adalah proses approval dari model hardcopy menjadi model display sehingga
menuntut manajer tidak gaptek dengan teknologi. Perubahan yang lain misalnya karyawan
dituntut terus menerus untuk mengupdate data karena informasinya diberikan oleh
sistem ini harus bersifat real time. Dengan berjalannya waktu ternyata semua
pihak dapat melakukan perubahan budaya organisasi sehingga user lebih siap
dalam mengoperasikan sistem yang baru.
Sistem ERP biasanya merupakan hal yang sangat
kritis bagi efisiensi organisasi. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan
proyek yang cermat. Berbagai isu pada manajemen proyek yang harus diperhatikan
misalnya;
a. Estimasi
waktu, penentuan skala prioritas, fleksibilitas jadwal, dan sebagainya harus
ditentukan dengan cermat.
b. Jenis
system ERP yang akan di adobsi
c. Penentuan
orang-orang yang terlibat dalam “ steering committee” karena tim ini
akan menentukan keberhasilan implementasi ERP.
5.1. Faktor
Penentu Keberhasilan
Sebagai
pedoman untuk menilai atau menentukan target keberhasilan implementasi system
ERP, biasanya kita menetapkan sekumpulan factor utama yang dianggap sebagai
tolak ukur keberhasilan yang ingin dicapai.
5.2. Langkah-langkah
Implementasi
Secara garis besar, terdapat tiga pendekatan
umum yaitu [OLS-2004]:
1. Penggunaan
satu paket software utuh ( vendor tunggal )
2. Kombinasi
dari beberapa paket software
3. Kostumisasi
atau membuat sendiri paket software ERP
Jika perusahaan sudah berniat ingin
mengimplementasikan system ERP, maka ada beberapa langkah umum yang dapat
dilakukan, yang secara garis besar sebenarnya tidak jauh berbeda dengan tahapan
implementasi system informasi lainnya. Tahapan tersebut adalah:
1. Membangun organisasi
tim proyek
2. Menentukan
pendekatan implementasi
3. Membangun
rencana implementasi
4. Menentukan
criteria keberhasilan dan metode pengukurannya.
5.2.1 Struktur Organisasi
Pengelolaan proyek implementasi ERP
menggunakan prinsip-prinsip yang sama seperti manajemen proyek teknologi
informasi lainnya. Tim- tim yang membentuk proyek implementasi diklasifikasikan
atas peranan-peranan berikut :
1. Komite
pengarah
2. Staf
teknologi informasi internal
3. User
utama internal
4. Perwakilan
vendor/ konsultan
Dalam penerapan nya, struktur orrganisasi ini
tidaklah sama persis dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Rincian detail
organisasi dapat disesuaikan dengan lingkungan perusahaan.
5.2.2. Siklus Hidup Pengembangan
Sistem ERP
Terdapat beberapa karakteristik khusus yang
membedakan proyek ERP dengan proyek pengembangan system informasi lainnya ,
yaitu[SAT-2000].
1. Proyek
ERP biasanya memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan proyek
pengembangan system informasil lainnya, dan melibatkan hampir semua fungsi
dalam organisasi secara virtual.
2. Proyek
ERP biasanya menggunakan beberapa paket software secara ekstensif, baik berupa
satu paket kesatuan atau kombinasi beberapa paket atau kostumisasi paket.
Siklus hidup implementasi ERP meliputi:
Fase 1: Perencanaan
Langkah awal implementasi adalah membentuk
komite pengarah. Tujuan utama komite ini adalah mengindentifikasi tujuan utama
dan ruangan lingkup proyek ERP, menentukan manajer proyek dan
anggota tim lainnya untuk membangun system.
Fase 2 : Analisis
Pada fase ini komite pengarah telah sepakat
untuk menjalankan proyek implementasi ERP dan mungkin juga
sudah menentukan pendekatan yang akan dilakukan. Meskipun mungkin
belum menentukan vendor tertentu, tetapi tim proyek mulai membentuk kelompok
kerja pada berbagai fungsi di organisasi untuk mengumpulkan
informasi dan mendefinisikan kebutuhan.
Pada tahap akhir fase analisis, idealnya dihasilkan
sebuah prototype system ERP di berbagai area untuk menyimulisasikan dan
menunjukkan integrasi antarmodul kepada user dan indentifikasi kebutuhan
tambahan lainnya. Pada tahap ini, evaluasi ulang atas alternative yang pernah
diajukan sebelumnya ( misalnya, pendekatan ERP yang lain atau vendor lainnya)
dikaji ulang.
Fase analisis ini biasanya lebih singkat
waktunya jika menggunakan pendekatan satu kesatuan paket dan lebih memakan
waktu jika perusahaan memilih menggunakan pendekatan kostumisasi. Akan tetapi,
pada umumnya, fase analisis proyek ERP biasanya lebih lama dibandingkan waktu
yang diperlukan untuk analisis proyek aplikasi yang hanya mendukung satu fungsi
atau departemen.
Fase 3: Desain
Fase desain dimulai setelah perusahaan
memutuskan vendor mana yang dipilih. Tingkat desain tergantung pada pendekatan
ERP. Jika diputuskan memilih satu paket , maka antarmuka sebagian besar sudah
ditentukan dan kostumisasi biasanya dilakukan pada bagian-bagian minor saya.
Pada fase ini, para pengguna akhir ( end user
) harus mendapatkan pelatihan intensif atas paket-paket ERP, agar merekan siap
menggunakan system yang baru. Pelatihan juga membantu dalam menyempurnakan
indentifikasi kebutuhan selama proses pembuatan prototype dan memudahkan
transisi ke fase desain.
Fase 4: Implementasi
Setelah perusahaan menentukan paket software
yang akan digunakan dan di kostumisasi, fase berikutnya adalah melakukan
konstruksi. Untuk pendekatan kesatuan paket, program sudah dirancang dna
diterapkan per modul, misalnya fungsi-fungsi seperti pembelian, inventory,
pembayaran, dan sebagainya.
Setelah modul selesai dikonfigurasi dan
diintegrasikan dengan komponen dan program lainnya, fase selanjutnya sama
seperti fase proyek software pada umunya. Selama fase ini, semua
rencana rekayasa ulang proses bisnis diterapkan. Karena semua hardware,
software, data dan jaringan sudah diterapkan, maka hanya dua hal yang perlu
dikaji, yaitu orang dan prosedur.
Fase 5: Dukungan Teknis
Tujuan dari fase ini adalah untuk menjamin
keberhasilan system jangkan pendek dan jangka panjang. Dukunga n teknis
terhadap para pengguna sangat penting. Elemen penting lainnya adalah
pemeliharaan system ERP. Pemelihaaraan korektif meliputi koreksi kesalahan yang
ditemukan oleh user.
Pemelihaaran adaktif diperlukan jika terjadi,
misalnya, upgrade versi paket atau modul, atau terjadi kostumisasi berupa
penambahan atau perubahan modul yang sudah ada, untuk memenuhi
kebutuhan yang terindentifikasi kemudian.
Pemeliharaan perfektif diperlukan, misalnya
untuk menjaga kinerja system agar tetap optimal.
Dari fase- fase pengembangan tadi, maka dapat
dibuat sebuah daftar checklist atas target-target pekerjaan yang
harus diselesaikan dalam implementasi system ERP.
5.3 Dilema Implementasi
Esensi dasar implementasi ERP adalah untuk menjalankan
bisnis dengan lebih baik, oleh karena itu, implementasi harusnya dilakukan oleh
orang yang menjalankan bisnis tersebut.
Beberapa hal yang harus diingat ketika
implementasi ERP adalah [WAL-2001]:
· Proyek
implementasi adalah pekerjaan besar.
· Proyek
yang harus dikerjakan sendiri
· Tidak
dapat dijadikan sebagai prioritas utama
· Mensyaratkan
agar orang mengerjakan tugasnya dengan cara yang berbeda.
Dari sekian banyak persepsi dan dilemma
implementasi, tidak berarti kita tidak dapat memgimplementasikan dengan benar.
Dua elemen yang harus diperhatikan dalam implementasi [WHI-2006]:
1. Strategi
implementasi
2.Jadwal implementasi yang agresif
5.4. Strategi Implementasi
Prinsip umum manajemen proyek mengenai tiga variable
utama, yaitu jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan ( work ), jumlah sumber
daya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ( resource).
Secara garis besasr, proyek ERP dapat dibagi
menjadi tiga fase, yaitu [WIL-2001]:
Fase 1 : Basic ERP
Modul yang diimplementasikan pada fase ini
meliputi Sales & Operating Planning, Demand management,
Rough-Cut Capacity Planning, Master scheduling, Material Requirement Planning
dan Plant scheduling.
Fase 2 : Integrasi Supply Chain
Proses yang termasuk dalam fase ini adalah
pengembangan ERP baik ke arah depan dan belakang, sehinnga membangun sebuah
rantai pasok ( supply chain ).
Fase 3 : Perluasan dan Pengembangan untuk
mendukung Strategi Perusahaan
Pada fase ini perusahaan memperluas
pemanfaatan kemampuan system ERP diseluruh organisasi.
Salah satu isu terpenting pada ERP adalah
penentuan ruang lingkup. Ruang lingkup menggambarkan seberapa besar organisasi
menaruh harapan atas manfaat ERP. Ruang lingkup proyek ditentukan oleh sejauh
mana perusahaan akan membangun dan memanfaatkan supply chain untuk mendukung
proses bisnisnya dan sejauh mana pengembangaan akan dilakukan.
5.5. Jadwal Implementasi
Fungsi bisnis adalah sesuatu yang harus
dikerjakan agar bisnis dapat berjalan dengan efektif, misalnya membuat perencanaan
kapasitas produksi di masa mendatang, menjaga keakuratan catatan inventory dan
sebagainya. Sering terjadi bahwa tim implementasi membuat jadwal berdasarkan
implementasi modul, misalnya “implementasi modul Sales Order Entry” atau
“Implementasi Product Data Control”. Sebetulnya pendekatan ini kurang tepat
dengan alasan sebagai berikut :
· Urutan
aktivitas
· Kesan
yang timbul
5.6. Mengukur Keberhasilan
Implementasi ERP
Agar perusahaan dapat mengetahui sejauh mana
system ERP sudah diterapkan, maka tim proyek perlu menetapkan ukuran
keberhasilan implementasi. Karakteristik kematangan implementasi :
1. User
kelas A : Sistem secata formal sudah digunakan dengan efektif dan dijalankan
diseluruh perusahaan
2. User
kelas B : Sebagian system ERP digunakan secara efektif di seluruh perusahaan.
3. User
kelas C : system formal ERP digunakan di sebagian perusahaan, biasanya hanya
untuk mencatat informasi mengenai order penjualan, pengiriman, pengadaan, dan
aplikasi keuangan.
4. User
kelas D : system ERP formal tidak dijalankan di perusahaan, dan mungkin hanya
dijalankan pada fungsi management information system ( MIS ). Perusahaan banyak
menggunakan system yang paralel dan informal untuk mengelola bisnis.
12 Faktor Critical Success Implementasi ERP
1. Dukungan top manajemen
Organisasi harus
memiliki top manajemen dan komite yang sangat berkomitmen terhadap
proyek Implementasi ERP dan terdiri dari individu-individu dengan
pandangan yang berbeda
2. Tim Implementasi
Komposisi tim dan
Teamwork sangat penting bagi keberhasilan implementasi ERP. Sebuah proyek ERP
melibatkan semua departemen fungsional dalam suatu perusahaan. Perlu kerja sama
teknis, pakar bisnis dan eksternalkonsultan serta keterlibatan end-user di
berbagai proyek-fase
3. Manajemen Proyek
Implementasi sistem ERP adalah seperangkat
kegiatan yang kompleks sehingga organisasi harus memiliki proyek yang efektif
dan strategi manajemen untuk mengontrol proses implementasi. (Khaled Al-Fawaz,
Zahran Al-Salt i, Tillal Eldabi, 2008). Manajemen Proyek mengkoordinasikan
penggunaan keterampilan dan pengetahuan. Selanjutnya memonitor kemajuan dan
pencapaian tujuan dari proyek ERP sesuai.
4 . Rencana Bisnis / visi / tujuan
Tujuan dan sasaran yang jelas sangat penting
untuk memandu upaya organisasi untuk mengetahui arah mana proyek harus
dikemudikan
5. Pilihan Arsitektur, teknis pelaksanaan,
infrastruktur teknologi
Pemilihan perangkat lunak ERP sulit diadaptasi
karena ada beberapa paket ERP yang tidak tersedia di market dan setiap produk
memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri, baik dari situs produk dan kemudahan
implementasi
6. Pelatihan
Pelatihan pengguna telah diakui sebagai faktor
penting untuk implementasi ERP. Karena kompleksitas sistem ERP yang
terintegrasi, pelatihan pengguna sangat penting untuk pemahaman yang kuat
tentang bagaimana sistem bekerja dan bagaimanamenggunakannya.
7. Pengetahuan sistem Legacy
Untuk mengelola kompleksitas sistem warisan
merupakan bagian penting dari implementasi ERP yang sukses atau ERP proyeksecara bergantian
8. Proses Bisnis Re-engineering
Teknologi informasi modern atau sistem,
seperti sistem ERP, mengizinkan atau bahkan memaksa organisasi untuk
memikirkan kembali cara bisnis dilakukan, misalnya dengan mengotomatisasi
proses atau menyingkirkan non-nilai tambah kegiatan.
9. Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah cara hal-hal yang
dilakukan dalam bisnis, dan persepsi bersama, keyakinan, simbol, ritual dan
mitos dapat "diambil untuk diberikan" dalam sebuah organisasi.
10. Program perubahan manajemen
Pelaksanaan yang efektif dari sistem ERP
membutuhkan perubahan strategi manajemen dan pemahaman tentang budaya
organisasi. Pelatihan dan pendidikan merupakan proses penting dalam manajemen
perubahan
11. Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu tugas yang
paling menantang dan sulit dalam setiap proyek implementasi ERP. Hal ini
dianggap sebagai faktor penentu keberhasilan untuk implementasi sistem ERP
oleh banyak penulis. Hal ini penting untuk menciptakanpemahaman, persetujuan
pelaksanaan dan berbagi informasi antara tim proyek ke seluruh organisasi
12. Kemitraan
Selama fase yang berbeda dari proyek ERP
biasanya ada tiga bagian utama yang terlibat. Yang pertama adalah organisasi
menerapkan sistem, organisasi yang mengembangkan sistem ERP dan organisasi
membantu implementasi. Sebuah kemitraan komersial yang baik akan memudahkan
pencapaian tujuan yang ditetapkan.
Manajemen Proyek yang efektif Terhadap
Keberhasilan Implementasi ERP
Aktifitas manajemen proyek akan semakin
meningkat ketika menerapkan perencanaan, koordinasi dan pengendalian aktivitas
yang berbeda dan kompleks dari proyek-proyek komersial dan industri modern.
Manajemen proyek merupakan aplikasi dari pengetahuan, teknik dan ketrampilan
untuk merancang aktivitas proyek sesuai dengan kebutuhan proyek. Manajemen
proyek terpenuhi melalui penggunaan proses seperti inisialisasi, perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan akhir suatu proyek.
Manajemen proyek akan membantu para manager proyek karena akan membantu mereka menstandardisasi tugas rutin mereka dan mengurangi banyaknya tugas yang berpotensi akan terlupakan. Hal itu juga memastikan bahwa sumber daya yang tersedia dapat digunakan secara efektif dan efisien. Aplikasi dari prinsip manajemen proyek adalah mengizinkan/memperbolehkan para manajer senior untuk menetapkan dan menggunakan ukuran sukses yang sesuai, untuk mengukur nilai yang setaraf dengan biaya dan pengoptimalan dalam penggunaan sumber daya organisasi/perusahaan.
Manajemen proyek dipelajari melalui pengalaman dan telah dikenal sebagai "profesi yang kebetulan". Jadwal dan anggaran biaya menjadi penyebab timbulnya masalah pada banyak perusahaan yang melakukan implementasi. Keduanya merupakan faktor kontroversi karena diperlukan investasi yang lebih banyak pada sumber daya seperti konsultan yang dapat menggerakkan kemajuan proyek, tetapi hal ini juga menyebabkan timbulnya biaya ekstra. Ada beberapa hal penting yang merupakan bagian dari manajemen proyek, yaitu :
Manajemen proyek akan membantu para manager proyek karena akan membantu mereka menstandardisasi tugas rutin mereka dan mengurangi banyaknya tugas yang berpotensi akan terlupakan. Hal itu juga memastikan bahwa sumber daya yang tersedia dapat digunakan secara efektif dan efisien. Aplikasi dari prinsip manajemen proyek adalah mengizinkan/memperbolehkan para manajer senior untuk menetapkan dan menggunakan ukuran sukses yang sesuai, untuk mengukur nilai yang setaraf dengan biaya dan pengoptimalan dalam penggunaan sumber daya organisasi/perusahaan.
Manajemen proyek dipelajari melalui pengalaman dan telah dikenal sebagai "profesi yang kebetulan". Jadwal dan anggaran biaya menjadi penyebab timbulnya masalah pada banyak perusahaan yang melakukan implementasi. Keduanya merupakan faktor kontroversi karena diperlukan investasi yang lebih banyak pada sumber daya seperti konsultan yang dapat menggerakkan kemajuan proyek, tetapi hal ini juga menyebabkan timbulnya biaya ekstra. Ada beberapa hal penting yang merupakan bagian dari manajemen proyek, yaitu :
Mempunyai suatu perencanaan implementasi
secara formal.
Menetapkan suatu batasan waktu yang realistis.
Melaksanakan pertemuan-pertemuan secara
berkala untuk memantau status proyek.
Menetapkan seorang pimpinan proyek yang
berpengalaman
Ruang lingkup manajemen proyek,
mengidentifikasi bagian yang bermasalah dan untuk memahami implikasi aktivitas
mereka untuk jangka panjang perusahaan.
Proyek manajemen waktu, lama waktu untuk
implementasi sangat dipengaruhi oleh ruang lingkup suatu proyek
Manajemen mutu proyek
Sistem implementasi ERP merupakan kumpulan
aktivitas yang kompleks yang melibatkan seluruh fungsi bisnis dalam perusahaan
dan memakan waktu selama satu hingga dua tahun bahkan lebih, sehinga diperlukan
suatu strategi manajemen proyek yang efektif untuk mengendalikannya untuk
menghindari keluarnya anggaran yang besar dan memastikan waktu implementasi
sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan.
Semakin efektif manajemen proyek semakin besar keberhasilan dalam implementasi ERP
Semakin efektif manajemen proyek semakin besar keberhasilan dalam implementasi ERP
3.
PENERAPAN
ERP DI INDONESIA
Sebagian besar
perusahaan di Indonesia, masih dijalankan dengan cara tradisional, dalam artian
pelaksanaan proses bisnisnya berjalan dengan cara konvensional. Popularitas ERP
di Indonesia ditandai dengan penggunaan SAP oleh Astra pada tahun 1990an. Trend
penggunaan ERP di Indonesia banyak dipengaruhi oleh banyaknya perusahaan asing
yang mendirikan pabriknya di Indonesia. Secara otomatis, sistem informasi yang
digunakan di perusahaan induk, juga digunakan di anak perusahaannya di
Indonesia, dengan pertimbangan kemudahan integrasi dengan pusat6. Pada ERP
sendiri terjadi perubahan paradigma dari sistem konvensional yang serba
terisolasi ke arah penggunaan information teknologi yang lebih terintegrasi
menghasilkan aliran informasi yang lebih lancar padalevel organisasional maupun
departemental
Produk ERP
berkembang menjadi banyak model, dan mulai bermunculan variasi modul seperti
CRM, QM, SRM dan lain sebagainya, pada tahun 2005an. Pada masa ini pula,
perusahaan mulai merasakan dampak IT, apakah IT benar-benar dapat membantu
kinerja perusahaan atau tidak.
Masalah utama
yang banyak dihadapi oleh perusahaan dalam pemilihan ERP adalah biaya. Harga
ERP yang relative mahal menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan paket ERP
yang akan digunakan. Mekipun ada ERP yang open source, namun dalam kenyataannya
relative sulit untuk diimplementasikan.
Paket ERP yang
banyak digunakan di Indonesia adalah Oracle Finance dan SAP R/3. Dimana
masing-masing paket memiliki kekurangan dan kelebihan. SAP R/3 dikenal dengan
kelengkapan modul dan integrasinya yang baik. Selain itu, SAP R/3 juga memiliki
kontrol akses yang baik. Sebaliknya, SAP R/3 relatif lebih mahal dibandingkan
Oracle Finance dan implemantasinya relative lebih rumit. SAP R/3 lebih banyak
digunakan di Indonesia, sehingga pelatihan dan pakar di bidang ini cukup mudah
ditemukan. Dalam kenyataannya, beberapa perusahaan menggunakan gabungan dari
keduanya untuk menjalankan proses bisnis perusahaan. Selain dua paket ERP
diatas, Microsoft Axapta juga cukup banyak digunakan, karena selisih harga yang
cukup banyak dari SAP R/3 maupun Oracle.
Kebutuhan akan
customize pada paket ERP yang tidak benar-benar dikuasai oleh vendor,
menyebabkan hasil implementasi tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan, baik
karyawan maupun top management. Oleh karena itu, dalam tahap perubahan sistem
perusahaan ke ERP, sebaiknya perusahaan mencari pendapat dari pihak ketiga,
misalnya praktisi atau konsultan IT yang bersifat independen, untuk menghindari
conflict of interest antara vendor dan perusahaan.
Vendor yang
menyediakan paket ERP di Indonesia antara lain adalah IFS, PT Krakatau
Information Technology, PT Abas Information System, PT Aksesa Sistimindo
Pratama, PT Mincom Indoservices, Global Business Solution, dan lain sebagainya.
Sedangkan perusahaan yang telah mengimplementasikan ERP antara lain adalah
Olympic Group, PP London Sumatra, Tbk, Jakarta International Container
Terminal, Petrokimia Gresik, SOHO Group, PT PAL, PT Pupuk Sriwidjaya, Bukit
Muria Jaya, Sumi Rubber Indonesia, dan perusahaan lainnya.
Pada akhirnya,
tidak semua perusahaan membutuhkan ERP pada pelaksanaan proses bisnisnya.
Perusahaan bisa membeli paket ERP secara lengkap, per modul atau membangun
sistemnya sendiri, sesuai dengan kebutuhannya, tergantung pada skala
kompleksitas bisnis perusahaan, disesuaikan dengan dana yang tersedia, personel
yang siap menghadapi perubahan yang akan terjadi dengan adanya sistem baru, dan
yang paling penting, dukungan dari semua pihak dalam perusahaan.
Enterprise
Resource Planning (ERP) merupakan suatu cara untuk mengelola sumber daya
perusahaan dengan menggunakan teknologi informasi. Penggunaan teknologi ERP
dilengkapi dengan hardware dan software. Teknologi ini berfungsi untuk
mengkoordinasi dan mengintegrasikan data informasi pada setiap area business
processes sehingga menghasilkan pengam- bilan keputusan yang cepat karena
menyediakan analisa dan laporan keuangan yang cepat,
4.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Pertimbangan
utama penerapan ERP di perusahaan-perusahaan Indonesia adalah mengenai dana,
sehingga pemilihan untuk penggunaan ini benar-benar harus dipikirkan secara
matang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dalam tulisan ini beberapa hal dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
1.
Penggunaan ERP di
Indonesia masih belum maksimal dalam mendukung kinerja beberapa persuahaan.
2.
Pemilihan ERP bisa
disesuaikan dengan kebutuhan dari perusahaan dalam pengembangan informasi
bisnisnya, baik itu secara paket ataupun per modul.
3.
ERP di Indonesia
disediakan oleh beberapa Vendor yang dalam aplikasinya sangat dibutuhkan
persiapan yang matang dari perusahaan untuk memutuskan penggunaan ERP.
4.
Pengembangan system
Internal menjadi alternative yang baik, dengan pertimbangan dana dan
komplesivitas dari bisnis dalam perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Riswanto &
Sukriana, Y. (2008) Menimbang Urgensi Implementasi ERP [Online]. Available at: http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Menimbang%20Urgensi%20Implementasi%20ERP&&nomorurut_artikel=108
2.
Endonesia.com (2009)
ERP dan SCM [Online]. Available at:
http://www.endonesia.com/mod.php?mod=katalog&op=viewlink&cid
3.
Heryanto, D. (2009) ERP
dan Penerapannya [Online] Available
at:http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_1092/title_erp-dan-penerapannya/
4.
IBM (n.d) IBM Membantu
Implementasi ERP di Belfoods [Online]. Available at:
http://www-07.ibm.com/shared_downloads/express/belfood.pdf
5.
IFS (n.d) IFS Indonesia
[Online]. Available at:
http://www.ifsworld.com/id/news_events/our_customers/default.asp#
6.
Priandoyo, A. (2007)
Kompetisi aplikasi ERP di Indonesia [Online]. Available at:
http://priandoyo.wordpress.com/2007/03/06/kompetisi-aplikasi-erp-di-indonesia-second-layer/
7.
Lutchen, Mark D. (2004)
Managing IT as a Business. John Wiley & Sons, Inc.
8.
Zeplin Jiwa Husada
Tarigan, Jurnal Teknik Industri, Vol 6, Desember 2004, Universitas Kristen
Petra, Surabaya
9.
Rosada, Amrina,
Penerapan ERP dalam perusahaan PT. HM Sampoerna (Tugas UAT SIM no.1), 25
September 2012, IPB.ac.id.
penerapan software erp pada perusahaan sekarang sangatlah penting. untuk itu Acumatica Indonesia hadir sebagai solusi software erp terbaik yang dapat digunakan untuk mempermudah, mempercepat serta mengembangkan bisnis Anda dengan lebih baik
BalasHapus